Identifikasi Telur Cacing pada Feses Sapi Bali yang Digembalakan di Lahan Pasca-tambang Batubara di Desa Jonggon Jaya, Kalimantan Timur

Authors

DOI:

https://doi.org/10.19087/

Keywords:

sapi bali, helminthiasis, lahan pasca-tambang batubara, telur cacing gastrointestinal

Abstract

Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber utama penghasil daging dengan nilai ekonomi tinggi. Namun, tingginya permintaan daging sapi di Indonesia masih tidak sebanding dengan ketersediaan daging di masyarakat. Kondisi ini berakibat pada ketergantungan pada impor daging dari negara lain. Salah satu strategi untuk meningkatkan produksi adalah melalui ekstensifikasi peternakan sapi potong. Tantangan utama dalam pelaksanaan ekstensifikasi peternakan sapi potong adalah ketersediaan lahan yang sesuai. Lahan pasca tambang batubara memiliki potensi untuk dimanfatkan sebagai alternatif, meskipun memiliki karakteristik yang kurang mendukung seperti kondisi tanah yang kurang nutrisi hingga sulit ditumbuhi vegetasi dan mudahnya terbentuk genangan air akibat berkurangnya kemampuan tanah dalam menyerap air. Kondisi tersebut dapat menciptakan lingkungan yang ideal bagi perkembangan cacing parasit seperti trematoda yang banyak ditemukan pada genangan air. Infeksi cacing atau helminthiasis ini merupakan masalah pada ternak karena dapat menurunkan produktivitas sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis cacing yang menginfeksi sapi bali yang digembalakan di lahan pasca tambang batubara di Desa Jonggon Jaya, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan metode purposive sampling. Sebanyak 47 sampel feses sapi bali dengan body condition score (BCS) di bawah tiga (≤3) dikoleksi pada bulan Agustus 2023 dan diperiksa menggunakan metode apung dan metode sedimentasi. Hasil pemeriksaan menunjukan prevalensi infeksi trematoda sebesar 19,14%, sedangkan infeksi nematoda sebesar 17,02%, dan infeksi dengan kombinasi keduanya sebesar 10,63%. Temuan ini mengindikasikan bahwa prevalensi infeksi trematoda cukup dominan pada sapi bali di area gembala tersebut. Kondisi ini diduga terkait dengan adanya genangan air pada lahan pasca tambang batubara yang digunakan sebagai lahan penggembalaan. Struktur lahan yang berubah karena proses penambangan batubara memerlukan pendekatan terkait peningkatan kemampuan penyerapan air tanah untuk menekan adanya genangan air dan secara tidak langsung juga meningkatkan kualitas lahan untuk ditanami vegetasi bahan pakan ternak. Manajemen pemberian obat cacing juga perlu menjadi perhatian dalam mencegah dan menangani kondisi kecacingan pada hewan ternak sapi bali.

Author Biographies

  • Shevira Ayu Puspita, Universitas Padjadjaran

    Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran

  • Mansyur Mansyur, Universitas Padjadjaran

    Departemen Nutrisi Ternak dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan

  • Andi Hiroyuki, Universitas Padjadjaran

    Departemen Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran

Downloads

Published

2025-12-01

Issue

Section

Articles

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.